Kemarin,18 September 2025 di sela-sela bimbingan dengan Prof, saya mampir ke salah satu warung di kampus. Gado-gado dan air es jeruk menjadi menu yang menghilangkan lapar dan dahaga. Saya menikmati makan gado-gado sambil celingak-celinguk melihat tingkah polah para mahasiswa S1 yang mulai ramai ke kantin. Saat menu makan siang saya hampir selesai, sekelompok mahasiswa yang terdiri dari sekitar 6 mahasiswa pas di belakang tempat saya duduk berbicara dengan nada-nada agak keras. Suaranya mereka cukup lantang. Saya merasa biasa saja karena bagi saya sama saja dengan mahasiswa lain yang saya perhatikan dari tadi. Namun tiba-tiba satu orang diantara mereka berbicara dengan kata-kata yang menurut saya agak kasar. Kata anj*r keluar dari mulut si mahasiswi, kemudian kata yang sama juga keluar dari si mahasiswa. Tak lama kemudian keluar lagi dari mulut mahasiswi lainnya. Lho……, kenapa begini? saya kemudian browsing apa arti dan maksud kalimat itu. Nah saya dapatkan bahwa dalam bahasa gaul sehari-hari orang lebih mengenal bahasa ini dengan bahasa kasar. Dan memang ketika mereka mengucapkan kalimat itu kalau ditelisik adalah pernyataan yang kurang lebih se makna. Bukan sebagai arti kata di KBBI.
Saya memandang ke arah mereka dan salah satu mahasiswi memperhatikan saya, kemudian berpaling dan lanjut ngobrol lagi. Saya kemudian membiarkan mereka dengan anggapan "ah, barangkali kata itu hanya akan mereka ucapkan sekali-kali saja, karena mungkin ada sesuatu yang kurang mereka setujui". Namun ternyata anggapan saya salah besar. Satu persatu kata-kata itu keluar dari mulut mereka! Kalimat dengan kata itu ternyata kemudian mulai mengalir ke kata-kata yang lebih jelas. A*u, bang*at dan lain-lain mulai mengalir dengan lancarnya. Hati saya menjadi bergejolak. Ini mahasiswa kenapa begini, kok jadi seperti orang tidak berpendidikan? Akhirnya saya membalikkan badan," Mohon maaf mas mbak kok bahasanya kasar begitu ya? saya menjadi nggak nyaman mendengarnya". Grrr, saya sudah tak tahan lagi, mau nggak mau suka atau tidak suka, mereka juga harus mendengar kalimat dari saya bahwa apa yang barusan mereka ucapkan dan katakan itu kasar dan tidak sopan. Bukankah mereka mahasiswa, kaum terpelajar, kaum terdidik, intelektual, kenapa mereka ungkapkan intelektualitas mereka dengan kata-kata kotor seperti itu?? atau jangan-jangan intelektual mereka sebatas itu? ah, tidak mungkin. Mereka telah di didik dari tk, sd, smp, sma dan saat ini sedang kuliah. tidak mungkin mereka tidak diajarkan bahwa kalimat-kalimat seperti itu kasar dan tidak sopan. Mereka adalah pemimpin yang akan memimpin negeri ini nantinya. Mereka adalah pejabat negara yang saya cintai ini nantinya.
Setelah mengucapkan kalimat saya yang cukup singkat, saya memperhatikan ekspresi mereka. Mereka langsung menunduk dan meminta maaf. "Saya juga mohon maaf, saya merasa tidak nyaman mendengar kalimat-kalimat seperti itu." ucap saya. Segera setelah itu saya menghabiskan beberapa suapan gado-gado saya. Dengan kepala berkecamuk saya membayar makanan dan membeli beberapa gorengan dan beranjak dari tempat tersebut.