12 Oktober, 2024

Perjuangan Seorang Laki-laki (Sopir)

 

Ilustrasi sebuah truk.

 Suatu hari dalam perjalanan ke Semarang (medio Juli 2024), saya merasakan bahwa motor berjalan agak kurang stabil. Saya merasa bahwa udara pada ban sudah mulai berkurang. Syukurlah pompa angin senantiasa saya bawa jika dalam perjalanan pulang atau pergi ke Semarang. Kecepatan motor saya kurangi kemudian beralih ke tepi. Tidak jauh sebelum menepi, saya melihat di depan ada mobil truk yang sedang terparkir dan kemungkinan sedang mengalami masalah karena terlihat ada orang yang sedang memperbaiki sesuatu pada roda bagian belakang. 

 Motor kemudian saya hentikan tepat di depan sebelah kiri dari mobil truk yang terparkir. Kebetulan bagian bahu jalan diberi pagar tembok yang terpancang sepeti besi namun bisa dilalui oleh motor. Ban motor saya periksa dan memang sepertinya perlu ditambah angin. 

 Sembari memompa ban motor, saya memperhatikan truk yang sedang terparkir dan sedang diperbaiki oleh seseorang. Sepertinya beliau sedang menggerakkan dongkrak untuk menahan beban truk. Ada kemungkinan ban belakang mobil tersebut bocor atau pecah. Beberapa saat saya perhatikan bapak yang sedang memperbaiki mobil tersebut kemudian berdiri dan berjalan. Beliau sepertinya adalah sopir tunggal dan tidak ada kenek atau asisten yang membantu. Namun, saat beliau berjalan sontak saya kemudian trenyuh melihat kondisi bapak tersebut. Apa yang membuat saya trenyuh adalah kondisi kaki beliau. Beliau berjalan hanya dengan satu kaki. ya Rabb, ampuni hamba yang kadang masih saja kurang bersyukur atas segala nikmat-Mu. Dengan tergopoh-gopoh beliau kemudian berjalan arah ke bagian depan mobil kemudian mengambil sesuatu alat yang menurut saya berat untuk diangkat. Kemudian berjalan kembali ke arah ban belakang untuk memperbaikinya. Saya perhatikan apa yang dibawa oleh truk yang disopiri oleh beliau, saya jadi tidak habis pikir dengan kondisi beliau tersebut. Barang bawaan pada truk tersebut adalah batu kali. Batu-batu yang seukuran kepala orang dewasa. Sebenarnya tidak akan masalah jika beliau hanya menyopiri saja dan tidak beranjak dari posisi sopir jika ada kenek yang membantu. Namun yang terjadi saat ini adalah menyopiri sendiri dan tidak ada kenek yang membantu. Tentulah akan sangat memberatkan dikala ada masalah seperti ini. Apalagi posisi saat ini adalah di tengah perkebunan yang tentu saja sepi. 

Beberapa saat saya berdiri di samping motor sembari sesekali memperhatikan apa selanjutnya yang akan diperbuat oleh bapak tersebut. Syukur-syukur nanti bisa membantu beliau jika dibutuhkan. Tidak berapa lama kemudian lewat truk lain yang juga membawa batu-batu kali. Truk itu kemudian melambat dan kemudian menepi persis di depan motor saya arah ke kanan. Truk berhenti dan sopir kemudian keluar dan mengganjal ban dengan batu. Beliau kemudian menyapa saya dan berbasa-basi menanyakan apa yang terjadi dengan motor saya. Saya menyampaikan ban kempes dan saya sudah menambah angin. Beliau berlalu kemudian menghampiri sopir truk yang sedang memperbaiki truk. Sampai pada tahap ini kemudian saya bersyukur ada teman bapak yang kondisinya disabilitas tadi yang datang membantu. Semoga nanti permasalahan truk tersebut bisa diatasi segera dengan bantuan teman-temannya. 

Akhirnya saya berlalu dari tempat tersebut dengan rasa syukur yang amat dalam. Syukur atas anugerah Allah yang tiada pernah kurang terhadap hidup ini. dan syukur atas hikmah kehidupan yang baru Allah hadirkan beberapa saat yang lalu. Semoga rasa syukur senantiasa menghias diri yang lemah dan lalai ini. Terlalu banyak waktu yang telah dilalui dalam kehidupan ini tidak dihiasi dengan kesyukuran. Padahal nikmat yang Allah karuniakan teramat banyak dan tak henti-hentinya. Semoga kejadian ini menjadi momen pengingat yang senantiasa hadir disaat-saat lemah dan kurangnya rasa syukur.

Tidak ada komentar: