10 Juli, 2007

Jabat tanganmu erat

Salam dan jabat tangan,
senyum dan saling dekapan,
tausiyah tanya kondisi iman .....

Masih teringat bait-bait nasyid ini ketika ana mengenang lagi pertemuan dengan seorang ikhwah beberapa hari yang lalu. Ada kegetiran yang terselip seketika pertemuan tersebut berlangsung. Betapa tidak. Selama ini ada kecintaan dan pengharapan besar akan wajah-wajah ikhwah yang ditemui.
Kecintaan karena berjalan pada rel-Nya. Berjuang dan bersama dalam suka dan duka untuk kehidupan akhirat. Namun, kegetiran itu datang disaat pertemuan tersebut tidak lagi tergambar seperti bayangan yang dilukiskan oleh bait-bait indah nasyid tersebut.
Ada salah satu dari baris-baris nasyid tersebut yang seolah-olah mulai dihilangkan. Kalaupun tidak dikatakan hampir separuhnya. Wallahu a'lam.
Satu hal yang ingin ana catat dalam postingan kali ini yakni jabat tangan. Sejatinya jabat tangan tersebut dilakukan dengan penuh cinta dan kehangatan ukhuwwah. Tentunya inilah jiwa dari berjabat tangan itu. Jabat tangan erat yang mendatang kan rasa kasih sayang dan kehangatan ukhuwwah. sebelum akhirnya dilanjutkan dengan dekapan. Subhanallah. Nah, jabat tangan yang dimaksud erat bukan hanya dari sisi makna saja, namun betul-betul jabat tangan erat secara fisik. Ana bayangkan lagi pertemuan dengan ikhwah tersebut, jabat tangan yang terjadi ternyata adalah jabat tangan yang tiada daya. jabat tangan yang tiada menjiwai. solah-olah jabat tangan yang dipaksakan dan tidak diingini. Terasa jabat tangan tersebut begitu hambar. Tiada jiwa penghadir kasih sayang. Padahal dalam hadits dijelaskan begitu banyak tentang jabat tangan yang terjadi di zaman Rasulullah. Para sahabat merasa tersanjung dengan jabat tangan yang dilakukan. Lihat saja Ka'ab bin Malik yang tidak ikut perang Tabuk dan mendapat hukuman dari Allah SWT, kemudian keputusan Allah itu akhirnya datang sebagai berita Pengampunan terhadapnya. Berkat kesalehan dan kejujurannya, pada hari ke-50, melalui Nabi-Nya, Allah memutuskan untuk menerima taubatnya. Semua orang memberinya selamat. mari kita dengarkan penuturan beliau
"Lalu aku datang ke masjid (Masjid Nabawi)," tutur Ka'ab. "Ternyata di sana ada Rasulullah s.a.w. yang dikelilingi para sahabat. Thalhah ibn Ubaidillah tiba-tiba bangkit. Setengah berlari dia berjalan ke arahku, lalu menjabat tanganku. Dia memberiku selamat," kata Ka'ab r.a. (riwayat Al-Bukhari)
Subhanallah, inilah hakikatnya. Jabat tangan yang sebenarnya. Jabat tangan yang pada akhirnya mendatangkan cinta dan kasih sayang yang tulus.
Pada diri Rasulullah SAW juga kita dapatkan contoh bahwa beliau tidak akan melepaskan jabatan erat tangan beliau sebelum sahabat yang berjabat tangan tersebut melepaskan jabat tangannya. Para pendahulu, kita dapatkan juga contoh demikian. Tangan mereka menjabat tangan kita dengan erat dan penuh kecintaan.

Nah, bagaimana kita sekarang ? mari kembali kita budayakan. Insya Allah akan mendatangkan berkah. Pernah pada awal kuliah dulu ana bawa teman yang terbiasa dengan kehidupan preman jalanan. Suatu kali saat ia bertemu dengan ana, beliau menjelaskan begitu terkesan dengan mahasiswa di kampus UNAND. Karena saat di Masjid Kampus beberapa saat tadi dengan tiba-tiba salah seorang mahasiswa menjabat tangannya dengan erat dan menanyakan namanya. Subhanallah.
Salam dan jabat tangan,
senyum dan saling dekapan,
tausiyah tanya kondisi iman .....

Tidak ada komentar: