Bus kampus. Kalau dipikir-pikir, betapa berjasanya bus kampus ini. Subhanallah. Kalau dulu, diawal perkuliahan betapa tersiksanya. Saat itu bus kampus belumlah ada. Ada bus, namanya bus kampus juga tapi tidaklahBus kampus. Kalau dipikir-pikir, betapa berjasanya bus kampus ini. Subhanallah. Kalau dulu, diawal perkuliahan betapa tersiksanya. Saat itu bus kampus belumlah ada. Ada bus, namanya bus kampus juga tapi tidaklah bermakna bus kampus yang betul-betul milik kampus. Bus kampus yang dimaksud waktu itu adalah bus kota yang sekarang. dengan mereknya masing-masing. seperti Reny Kendedes, Reno, Salsanilla dan sebagainya. Mereka dinamakan bus kampus lantaran setiap hari mengantar mahasiswa Unand ke kampus. Trayeknya waktu itu dari pasar raya sampai ke politeknik.
Trayek bus kampus ini sebenarnya harus dijalani dengan sebenarnya. Namun realita dilapangan jarang sesuai harapan. Disinilah "penyiksaan" tersebut berlangsung. Pada awal-awal kuliah, kami kuliah biasanya digedung C atau gedung D. Untuk urusan akademik tetap di Dekanat atau di Jurusan. Nah, kebiasaan yang sering dilakukan oleh sopir dan kenek dalam mengejar setoran adalah menurunkan penumpang disembarang tempat walaupun tempat kuliah yang akan dituju masih jauh. Mereka dengan segera akan berangkat kepasar atau ke bypass untuk mencari penumpang lain yang masih banyak dijalanan. Tinggallah kita sebagai pesakitan ditempat dimana kita diturunkan. Bayangkan saja kalau seandainya kita diturunkan didepan rektorat sementara kita harus mengurus sesuatu ke jurusan teknik elektro. yang paling tidak menyenangkan ketika kita harus kuliah di Jurusan pada jam 9 sementara saat kita diturunkan disembarang tempat (misal di Pertanian) sudah menunjukkan pukul 9 lewat. Nah ketika sampai diruangan kelas biasanya sudah keringatan !
Sering juga ketika naik bus, satu kaki didalam bus sementara satunya lagi diluar. Yap, berdiri dipintu bus sambil desak-desakan dengan mahasiswa lain dan kenek!.
Alhamdulillah, hari ini sudah sangat mudah. Bus kampus ada hampir setiap 10 menit atau kurang.
Beberapa hari yang lalu ana berbicara dengan sopir bus kampus. Ana coba tanya bagaimana caranya turun dari bus kampus. Apakah lebih bagus bertepuk tangan atau berbicara kepada sopir.
Dari perbincangan dengan pak sopir tersebut, akhirnya terbuka unek-unek yang ingin disampaikannya kepada mahasiswa. Beliau menyampaikan bahwa tidak apa-apa kalau mahasiswa bertepuk tangan seperti selama ini dilakukan. Asalkan tidak semuanya bertepuk tangan. Biasanya sopir sudah tahu walaupun hanya satu orang saja bertepuk tangan. sopir pun biasanya sudah terbiasa dengan suara-suara aneh yang terjadi dari bus yang dikendarainya. Bahkan bunyi klahar yang sedikit berubah saja akan terdeteksi oleh mereka. Apalagi bunyi tepuk tangan dari mahasiswa. Bertepuk tangan tersebut kurang pantas dilakukan apabila yang melakukannya adalah mahasiswi yang notabene berada disamping supir. Kalau sudah berada disamping supir, maka sebaiknya dengan berbicara langsung saja.
Mengenal desa wisata dengan pasir putih dan istana sampah di Bintan
10 menit yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar