Ana datang untuk sholat magrib di musholla kecil tersebut pada rakaat kedua. Saat memasuki musholla, ana melihat buya ahmad juga berdiri sholat di musholla tersebut. Ana menduga malam ini akan ada penyampaian pengajian oleh beliau.
Selesai sholat magrib dan sholat sunnah rawatib, jamaah yang hanya terdiri dari 5 orang laki-laki dan sekitar 3 orang ibu duduk dan mulai terlihat aktivitas gharin musholla menyiapkan bangku dan meja. Ternyata dugaan ana benar, bahwa malam ini akan ada penyampaian tausiyah dari buya. Sebelum pengajian dimulai seorang bapak berbicara dengan suara yang rendah bahwa umur buya tersebut sekitar 84 tahun. Ana baru sadar akan hal ini, buya ternyata sudah sangat tua. Pengajian pun dimulai. Pembukaan, pembacaan ayat suci Al Qur'an dan acara inti berupa pengajian. Pengajian kali ini beliau mengambil tema tentang kisah islamnya umar bin khattab, kisah hijrahnya sahabat dan beberapa sirah lainnya dan dimulai terlebih dulu dengan menguraikan tafsir tentang ayat yang dibaca qoriah saat pembukaan dimulai tadi. Ayat Al Qur'an yang dibaca dan diuraikan tersebut tentang berinfak dan bersedekah di jalan Allah swt.
Selesai pengajian dan sholat isya' salah seorang jamaah menanyakan umur buya ahmad saat ini. Beliau menyampaikan bahwa umurnya sudah 86 tahun. Subhanallah. Sudah lanjut dari apa yang disampaikan oleh jamaah diawal tadi. Ana masih ingat cerita dari ayah tuo bahwa dulunya buya ini adalah seorang yang luar biasa dalam melahap ilmu-ilmu agama. Hingga pernah ke mekah melaksanakan haji dan disana ia memperoleh banyak kitab lantaran secara gratis oleh orang arab (toko buku) dikarenakan kefasihan beliau dalam bahasa arab. Ayah juga bercerita bahwa buya sering meladeni debat tentang agama islam hingga pernah diundang konferensi ke padang dan beliau bisa mengalahkan hujjah salah seorang petinggi IAIN Imam Bonjol.
Saat melihat beliau, terpikir oleh ana tentang generasi islam air bangis saat ini. Siapakah yang akan menggantikan posisi beliau nanti jika ia telah tiada? sementara sepanjang pengetahuan ana, belum ada putra atau putri daerah sini yang fasih dalam bahasa arab dan mampu membaca kitab kuning dengan baik. Entah lah. Ana memandang kearah beliau, terlihat sikap berdirinya yang sudah tidak lagi kokoh dan telinganya yang sudah tidak lagi tajam. Usia telah merenggut nikmat Allah darinya secara satu persatu. Dan mungkin satu hari nanti beliau juga akan menuju ke haribaannya. Namun pertanyaannya kepada generasi sekarang adalah siapa yang akan melanjutkan perjuangannya dalam menjaga panji-panji Allah agar tetap kokoh di kampung yang dulunya dikenal sebagai mokah kociek (mekah kecil) ini ? Wallahu a'lam
Komisi II DPR: Pj kepala daerah harus jaga kondusifitas pilkada
44 menit yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar