27 Januari, 2008

Kenangan bersama Nenek

Hm, nggak tahu harus ngomong dari mana mulainya nih. Tapi memang lagi mau nulis, namun bakat menulis itu kayaknya yang kurang. he... he... mudah-mudahan saja nanti bisa dengan "senang hati" menulis atau paling tidak jadi penulis ( :) ).
Dikala sepi-sepi dan kesendirian seperti malam ini (duh, ternyata sudah malam ya...) biasanya ana suka baca buku. Sekarang kesendirian itu sudah mulai tergantikan dengan senandung Al Qur'an dari lisan ini. Alhamdulillah, semoga Allah swt nantinya menjadikan lisan ini penuh dengan lantunan ayat-ayat keagungan-Nya hingga ajal menemui.
Ana ingin menulis sedikit kenangan bersama nenek, walau sebenarnya sudah sekitar 10 tahun yang lalu beliau berpulang ke rahmatullah. Nenek dari pihak umak (ibu).
Beliau adalah seorang yang berperawakan tinggi kurus. Dari wajah beliau sebenarnya masih terlukis sisa-sisa kecantikannya dimasa lalu. Mungkin banyak kenangan yang ia telah lalui dimasa-masa mudanya. Kenangan dan cerita tentang orang-orang tempo dulu. Kami lebih terbiasa menyebutnya dengan urang-urang saisuak.
Di Kampung ana, Air Bangis, nenek lah waktu itu yang sering ana kunjungi. Rumah beliau menjadi tempat ana bermain dan juga menimba ilmu. Ada satu buah buku yang kala itu menjadi favorit ana jika berkunjung. Buku tentang Teladan para pejuang Islam. Alhamdulillah buku itu menjadi sumber inspirasi yang tiada habis-habis nya bagi ana. Judul buku itu ana sudah lupa. Namun, didalamnya termaktub berbagai kisah tentang para pejuang Islam yang tiada kata henti menyerukan kebenaran Dien Allah ini.
Entah apa yang menjadi daya tarik bagi ana, tapi rumah nenek menjadi basecamp kedua bagi ana selain rumah orang tua. Ana bahkan sering tidur di rumah nenek baik siang ataupun malam. Nenek dengan kasih sayangnya akan memberikan selimut jika ana ketiduran dirumah beliau. Bahkan, rumah nenek ini sebenarnya sebagai tempat pelarian bagi ana jika dirumah ana tidak berbaikan dengan ayah atau umak (ibu). Ana adalah anak yang bandel dan sering berantam dengan adik atau kakak. Ana juga kalau dirumah, seringnya ketiduran. Padahal waktu itu kami memiliki lapau (kedai) kopi yang menjadi tempat persinggahan bagi para nelayan yang baru pulang atau akan pergi melaut. Tentu saja lapau itu tak bisa dijaga orang penidur. Kondisi ana yang sering ketiduran di rumah ini menjadi momok tersendiri sehingga ana sering dimarahi oleh ayah atau kakak.
Nah, ketika ana dimarahi oleh ayah, inilah saat-saat yang cukup menegangkan. Biasanya ana tidak akan pulang kerumah untuk beberapa hari. Bahkan untuk kesekolah, ana akan mencuri-curi masuk rumah melalui pintu belakang. Kemudian dengan cepat mengambil baju SD dan kembali berlari keluar rumah. Pulangnya nanti tidak akan kerumah lagi. Namun ana akan balik arah ke rumah nenek. Rumah kami dan rumah nenek berjarak sekitar 500 meter. Disinilah pembelaan beliau kepada ana. Walaupun dengan kenakalan ana waktu itu, beliau tidak akan terlalu marah. Beliau akan menasehati dengan bijak. Memang, jika ana ketahuan oleh ayah dirumah nenek,jika ayah ada waktu biasanya akan datang dan mencari ana. Tentu saja ana akan kabur dengan cepat kalau tahu ayah akan datang. Ayah sosok orang tua yang cukup keras mengajari anak-anaknya. Jika kami melakukan kesalahan atau kenakalan, maka suara ayah akan membuat ciut nyali. Atau bahkan jika masih nakal, kayu atau rotan ke punggung itu sudah makanan siap saji. Tapi didikan seperti itu entah mengapa memang ampuh menjadikan seseorang itu memiliki kepribadian yang tangguh dan pemberani. Ana dan kakak dididik dengan keras oleh ayah, dan ayah atau umak tidak akan memihak sedikitpun kepada kami jika kami bersalah. Pada akhirnya kami menjadi orang yang mandiri dan tidak suka mengharapkan bantuan atau belas kasihan orang lain. Jika ada yang memberi bantuan, itu syukur. Namun jika tidak, kami tak akan mudah berputus asa.
Nenek kadang menjadi tempat ana curhat terhadap masalah yang ana hadapi dirumah. Pada akhirnya beliau biasanya membiarkan ana menginap dirumahnya. Beliau memang dirumah hanya sendiri. Kalau ada yang datang biasanya hanya sebentar saja. Beberapa kali memang ada anak kost siswa MAN yang tinggal di lantai 2 rumahnya. Juga ada satu keluarga yang mengontrak dilantai 1 bagian depan rumah tersebut. Namun diruangan tengah, hanya nenek sendiri. Beliau paling suka menjahit sisa-sisa kain jahitan kakak umak yang tidak dimanfaatkan lagi. Untuk karyanya yang satu ini, ana cukup salut. Beliau mampu membuat satu selimut yang ana kira cukup besar dipakai untuk dua orang. Hanya dari paduan kain-kain perca (istilah lain dari sisa kain jahitan).Subhanallah, sebuah karya yang bagus dan menakjubkan ana kira. Tak banyak orang-orang tua yang mampu seperti itu.
Di usianya yang sudah cukup senja itu, beliau juga suka bercerita tentang berbagai hal kepada ana. Cerita tentang orang-orang dahulu tentunya. Tak luput juga cerita tentang masa lalunya dan masa lalu orang tua ana.
Kebiasaan beliau yang ana kagumi lainnya adalah ketaatan beliau menjalankan perintah Allah swt. Beliau ana lihat sering duduk lama ditikar sajadahnya yang sudah hampir tipis lantaran seringnya dipakai untuk bermunajat. Terkadang juga menjelang tidur ana lihat beliau masih berdo'a dengan khusu'nya. Kebiasaan yang ana kira jarang dimiliki orang lain.
Saat-saat tinggal bersama dimalam hari, waktu beliau tidur ana sering memperhatikan kearah beliau. Terkadang ana berpura-pura tidur sehingga pada akhirnya ana dapat memperhatikan beliau. Betapa diusianya yang sudah tua tersebut ia masih suka bekerja dengan rajin, shalat, memperhatikan dan mengunjungi cucu-cucunya. Subhanallah. Terkadang ketika itu ana juga merasa kasihan dengan beliau. Hidup dirumah tersebut hanya sebatang kara. Ana sering kerumah nenek hanya terkadang sebagai pelarian dan takut dihukum ayah saja.
Di rumah nenek ada beberapa ekor kumbang jati yang ia pelihara. Ana tak tahu kenapa beliau suka sekali dengan kumbang-kumbang tersebut. Hampir tiap kali ana lihat ketempat kumbang tersebut akan tercium aroma bunga melati yang semerbak. Sepertinya bunga melati ini adalah makanan bagi kumbang-kumbang tersebut.
Ketika ana lulus dan bersekolah di Lubuk Sikaping, ana sudah jarang tidur dan main dirumah nenek. Namun ana dengar waktu itu nenek sering menanyakan kabar tentang ana. Bahkan saat-saat beliau sakit beliau juga masih sempat menyebut nama ana.
Ada rasa perih sebenarnya tatkala ana pulang kampung waktu sekolah di Lubuk Sikaping dulu. Ketika itu ana lihat sakit nenek cukup parah. Ia bahkan tak terlalu kenal siapa yang berada disampingnya. Saat ana datang, keluarga ana menyebutkan nama ana pada nenek. Namun, beliau hanya melihat dan tidak berkata apa-apa. Saat itu ana merasa sedih sekali. Bergulir kenangan-kenangan indah ana bersama beliau. Kenangan yang mungkin tak akan terlupakan selamanya. Dalam hati ana berdo'a dan terus berdo'a untuk kesembuhan beliau. Tatapan mata beliau yang sudah agak sayu, menyiratkan beribu kisah yang masih terpendam yang ingin diceritakan dan diwariskan pada generasi penggantinya.
Nenek meninggal saat ana kembali balik ke sekolah di SMA Lubuk Sikaping. Ana bahkan tak sempat melihat atau mengantarkan jasadnya ke Pemakaman. Kondisi keuangan yang saat itu amat lemah, hanya mengizinkan ana untuk mendo'akan semoga Allah subhanahu wa ta'ala mengampuni dosa dan kesalahan beliau dimasa hidupnya. Menjadikannya bidadari syurga yang memancarkan sinar keufuk yang tinggi.
Kenangan-kenangan ana bersama nenek terkadang menjadikan ana begitu rindu padanya. Jika pulang kampung ana biasanya sempatkan untuk kepemakaman beliau di tanah pekuburan Kampung Padang. Didekat kubur beliau kini sudah beristirahat juga dua orang adik ana, kakak sepupu yang ana sayangi, paman dan beberapa orang sanak keluarga lain. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan keridhaanya bagi kalian semua.

Tertitip do'a untuk nenek tercinta.

Puksi, 27 Januari 2007 ; at 8:49 PM

Tidak ada komentar: