11 November, 2007

Pertambahan Kader

Ada kegembiraan yang sangat mendalam tatkala menyaksikan banyaknya saudara-saudara seiman yang bergabung dalam barisan dakwah. Ikhwan dan akhawat semain kentara terlihat dijalan-jalan maupun di pasar-pasar. Terlihat indah ketika menyaksikan serombongan ikhwan atau serombongan akhawat melintasi jalan-jalan protokol. Sebuah ciri khas yang didambakan oleh setiap jiwa yang merindukan akan tegaknya syari'at Islam tentunya. Wajah-wajah yang bercahaya yang menghiasi sudut-sudut kota, perkantoran, jalanan, pemerintahan, institusi dan sebagainya. Ada sebuah kerinduan akan hadirnya para pengemban risalah kenabian disemua sudut kehidupan. Karakter-karakter yang menjadi tauladan bagi umat manusia di dunia.
Merenungi akan keindahan tersebut, kadang rasa ingin menikmati kehidupan seperti itu amat menggebu. Sehingga timbul pertanyaan kapankah masa itu kan hadir ?
Sudah sepantasnyalah dalam mencapai target-target yang diinginkan dalam penegakan syari'at Islam, dibarengi dengan pertambahan jundi-jundi dakwah yang mengusung panji-panji Islam. Sudah seharusnya pula dibentuk kesatuan-kesatuan dengan kesolidan tinggi untuk senantiasa melahirkan kader-kader militan tersebut. Membina, menjaga, melatih dan mengontrol setiap perkembangan jundi-jundi baru yang lahir bersama gerak langkah dakwah yang melaju dengan gagah.
Saat ini jundi-jundi baru yang terlahir dari para kader dakwah lama telah ada. Dan ada banyak diantara mereka telah menggabungkan diri bersama denyut nadi dakwah. Mereka melangkah beriringan dengan derap perubahan yang mengalir laksana air diantara bebatuan gunung. Melaju laksana pelari sprint menuju muara akhirnya.
Namun dibalik kesuksesan para pengemban risalah mulia tersebut, tentu juga akan terdapat orang-orang yang tidak melaju dengan cepat laksana pelari-pelari sprint. Mereka berjalan dengan tertatih-tatih, berjalan dengan terseok-seok. Kadang istirahat dan kadang adakalanya harus dengan merangkak. Atau bahkan berjalan dengan harus dituntun dengan tali agar mereka tak lari jauh dari jalur sebenarnya yang seharusnya mereka harus lewati.
Kisah-kisah tragis tentang mereka yang tertinggal ini sudah banyak kita lihat. Para kader dakwah tentunya kenal dengan yang namanya futur. Futur yang bermakna bahwa sesuatu itu keras dan kencang tiba-tiba melunak. Ada lagi istilah yang mana lebih parah dari hal tersebut yakni insilakh. Ibarat seekor ular yang tiba-tiba merubah kulitnya. Betul-betul dengan kulit baru sedangkan kulit lama akan ditinggalkan begitu saja. Karena memang baginya tak lagi berguna kulit lama tersebut.
Saat ini mari kita lihat secara lebih objektif tentang kondisi para kader dakwah. Secara lebih jelas tentunya kita akan melihat ada banyak kekurangan yang masih kita lakukan dalam mendidik dan membina. Ada begitu banyak kekurangan juga terjadi dalam diri kita dan para jundi. Kekurangan yang terkadang menjadikan kita jauh dari nilai-nilai Islami itu sendiri. Salah seorang ustadz pernah mencontohkan bahwa para ikhwan atau akhawat sekarang kurang peduli dengan ilmu. Buktinya ada lembaga-lembaga pendidikan yang dibentuk oleh para kader dakwah terdahulu untuk menambah pemahaman Islam para kader, ternyata tidak dimanfaatkan. Mereka terkadang juga kurang memperhatikan masalah-masalah fiqih. Ana juga cukup mafhum dengan kondisi ini. Sehingga tidak heran, beberapa waktu yang lalu ana dapatkan ada ikhwah yang menyebarkan selebaran bisnis di Masjid. Atau saat ada ikhwan yang menanyakan apakah larangan jual beli di Masjid itu dasar hukumnya sahih.
Pun, ketika salah seorang sahabat memberitahukan adanya film yang tak seharusnya ditonton, ada di komunitas para ikhwan. Atau juga saat ada seorang ikhwan yang membuka situs-situs yang tidak baik.
Ini semua sepertinya gejala umum yang akan menjangkiti para kader dakwah tatkala kontrol terhadap mereka minim sementara dari diri mereka pribadi, azzam untuk lebih paham terhadap jalan yang mereka tempuh sangat lemah. Contoh atau ajakan terhadap mereka yang lebih sering berupa perintah ketimbang ajakan kasih sayang yang dibarengi dengan sikap seorang qiyadah. Bahasa taklimat yang selama ini sangat sakral bagi para kader, ternyata dalam perjalanannya menjadi tidak bergigi lagi dimata jundi. Lantaran seringnya digunakan. Terkadang untuk hal yang tidak harus dengan bahasa seperti itu sebenarnya sudah bisa diajak. Namun untuk lebih menguatkan, terkadang bahasa perintah digunakan juga.
Pemahaman fiqih bermasalah terhadap para jundi dakwah menjadikan mereka meraba-raba apa yang harus dilakukan tatkala tersandung dengan suatu masalah.

Akhirnya timbul lagi pertanyaan bagi kita apakah dengan pertambahan kader dakwah saat ini, juga akan menjadikan kita kuat secara akidah dan syariat. Atau pada akhirnya nanti kita akan terseret terseok-seok dengan berbagai permasalahan yang berawal dari banyaknya kader tapi tak berdayaguna. Wallahu a'lam.
Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah kekurangan paham mereka tentang jalan yang mereka tempuh. Padahal jikalau mereka tahu, maka mereka akan berusaha meningkatkan dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya.

Ada banyak sebenarnya yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi agar bertambahnya jumlah kader namun tidak membawa dampak yang negatif dibelakangnya. Salah satunya adalah dengan memberikan pemahamah kembali kepada para jundi tentang konsekuensi jalan yang mereka tempuh dan membekali mereka dengan pemahaman tentang Islam itu sendiri. Menyemangati dan mengajak mereka kembali mempelajari masalah-masalah fiqih atau sirah melalui buku atau lembaga yang telah dibentuk untuk itu. Semisal Al Rayhan atau Al Madani.
Dan tentunya para qiyadah (pemimpin) dari para jundi (yang dipimpin) tahu akan pemecahan dari masalah diatas secara mendetail. Dan ini juga sudah dirasakan oleh para pendahulu dakwah. Semoga dengan kuatnya sensitifiatas kita terhadap permasalahan ini akan menjadi terjaganya asholah dakwah dari tangan-tangan kotor yang senantiasa merongrong dan menfitnahnya.

Wallahu a'lam.


Tetapkan hati kami dalam Dien-Mu Ya Allah.

sebuah catatan.

Tidak ada komentar: