By Muhammad Shalih Al Munajjid, bit tasharruf waz zi
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam
keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu
kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan
kita. Tulisan ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim.
Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema
ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.
Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam
fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi
menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak,
bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena
kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.
Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama.
Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90
% maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu
menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya diperlukan
jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.
Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati.
Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Dinamakan hati
karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang
ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad,
Shahihul Jami' no. 2361)
Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan
usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan. Dan sungguh Allah
Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan
Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai
tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan
Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.
1. Akrab dengan Al Qur'an
Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah
tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa
akrab dan berpegang-teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah
memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah
menyela-matkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya
Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan
kepa-danya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)."
(Al Furqan: 32-33)
Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama
mencapai tsabat adalah:
Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa
seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi
sangat dekat.
Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi
penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari
hempasan berbagai badai fitnah.
Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin
kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an
sebagai ukuran kebenaran.
Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir,
munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik
berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu
tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha:
3) (Syarh Nawawi,12/156) . Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan
menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada
perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam
segala disiplinnya- menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek
utama kegiatannya menuntut ilmu.
2.Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah
Allah berfirman: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat.
Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa
saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)
Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. "Dan
sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada
mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih
meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)
Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata:-"Adapun
dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman
dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan
kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)
Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat
kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu,
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara
kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para
sahabat. Komitmen untuk senan-tiasa menjalankan syariat Islam akan
membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.
3. Mempelajari Kisah Para Nabi
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi.
Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah
me-nyinggung masalah ini dalam firman-Nya: "Dan Kami ceritakan
kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu
dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang
diberitakan dalam Al Qur'an: "Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah
tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami
berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami
jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)
Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran
nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan
demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu, kisah nabi Musa
Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan
agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita
dibanding dengan nabi Musa? Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak
punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya,
sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh
koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya
yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik
lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli,
buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar?
Bahkan sebalik-nya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi
status quo (mengang-gap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah).
Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan
perjuangan menegakkan dan meneguh-kan iman itu kita menjadi malu
kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak
hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki
kita ke jalan yang diridhaiNya.
4. Berdo'a
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka
memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang
tertulis dalam firmanNya: " Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami."
(Ali Imran: 8)
"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian
kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari
jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke
mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak
memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir
dalam shalat.
"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada
din-Mu." (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar
kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak
hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi
berbagai ujian kehidupan.
5. Dzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai
tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara
dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya:
"Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh)
maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah
sebanyak-banyaknya. " (Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat
baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Ingatlah Yusuf Alaihis Salam!
Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika
menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan
tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku
berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda? Demikianlah
pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada
orang-orang yang beriman. (Bersambung. ..)
6. Menempuh Jalan Lurus
Allah berfirman: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu
yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain)
sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya
bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka
kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti
berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam
cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu,
jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah
yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan
banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu
adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang
autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul
Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi,
hasan). Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsir an agama
berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya
maje-muk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh
para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam
termino-logi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus
Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman
para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar
dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah
yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada
di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan
ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari
filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke
murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di
sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang
benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
7. Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup
banyak. Paling tidak ada empat macam.
Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki
rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecin-taan)
kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang
disebab-kan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah.
Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar
dan menghindari taqlid buta yang tercela.
Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidi-kan untuk mempelajari siasat orang-orang
jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa
yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing
seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya,
dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang
dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya.
Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan
membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.
8. Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya
terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka
ber-tambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha
yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan
hidup yang kita tempuh adalah:
Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah
jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih.
Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran
yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan
kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda
mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang
tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada
dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang
sesungguhnya.
9. Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk
menggerakkan jiwa maka perlu dicari-kan medan yang tepat. Di antara
medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah
merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa
manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan
disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan
berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul
bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka
Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
10. Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan
penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman
seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan
menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui
ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: "Di
hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar
dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."
Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim
mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai
nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti dengan
kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11. Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta
pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak
kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam
keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak
berputus asa. Allah berfirman:
"Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar
pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana
yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah
(kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada
do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu
Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di
akherat. " (Ali Imran: 146-148)
12. Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman:
"Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir
yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)
"Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan
orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang
berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55)
"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna,
sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap
orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran
akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada
dalam keiman-annya.
13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
"Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih
baik dan lebih luas daripada kesabar-an." (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan
oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama
mencapai tsabat.
14. Nasehat Orang Shalih
Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman.
Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita
sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat
orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan,
saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber
Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi
ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya
dengan kita?
15. Merenungi Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan
suka-cita. Ke sanalah tujuan pengemba-raan kaum muslimin. Orang yang
meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi
berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam
keteguhan dan kekuatan imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika
melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum
musyrikin beliau mengatakan: "Bersa-barlah wahai keluarga Yasir, tempat
kalian nanti adalah Surga (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguh-kan
keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.
Allahualam bishowab
dari Milist Tarcom
Menteri Arifah apresiasi SMAN 96 Jakarta, dampingi anak berinternet
3 menit yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar