26 Agustus, 2007

Demi engkau dan .....

Hari kamis, 23 Agustus kemarin ana berjalan di lantai 4 Gedung Pustaka Unand. Tujuan saat itu adalah piket di Warnet Pustaka. Saat di lantai 4, ana menengok kearah kanan disitu ada tangga tinggi yang dipasang untuk membantu para pekerja bangunan mencat tembok gedung pustaka. Gedung pustaka ini memang belum selesai sepenuhnya.
Saat menatap kearah tembok tersebut, ana melihat seorang bapak sedang memegang kuas cat. Pandangannya diarahkan ke tembok, sambil duduk termenung. Bisa jadi juga sedang berpikir tentang sesuatu. Disamping kiri kanannya bergelantungan tali tetapi tali itu sepertinya tidak digunakan untuk mengikat badannya, tali pembawa perlengkapan cat dan sejenisnya.
Ada sebersit kesedihan yang tiba-tiba melanda bathin ini rasanya saat menatap bapak itu berada diketinggian. Dia bukanlah siapa-siapa bagi ana. Tapi perjuangan yang ia lakukan saat itu begitu dalam menyentuh qalbu ini. Beliau berada pada ketinggian tidak lebih dari 15 Meter, tanpa tali pengaman sedikitput sementara dibawah sana jelas sekali lantai semen yang keras telah menunggu. Bagi ana sendiri, melihat kebawah dari ruangan pustaka saja rasanya sudah ngeri. Walaupun waktu kecil dulu ana hobi sekali memanjat kelapa, tapi melihat kondisi yang dialami oleh bapak tersebut ana menjadi begitu tersentuh. Apa jadinya kalau dia nanti jatuh dari ketinggian? tentulah hancur. Yang terbayang dalam pikiran ana saat itu adalah kenapa ia mau melakukan ini semua. Ya, ini ia lakukan karena ia punya istri, punya anak tentunya yang harus ia biayai. Orang-orang yang ia cintai. Ia berani mempertaruhkan dirinya demi membahagiakan mereka yang dicintainya. Biarlah ia berada diketinggian dengan resiko tubuhnya hancur, kepala berserakan jikalau jatuh asalkan istri dan anak-anaknya bisa berbahagia nantinya dirumah. Disaat mereka berkumpul bersama.
Ya Allah, ini sebuah tarbiyah yang berharga bagi jiwa kami. Semoga nantinya kami bisa lebih menghargai kasih sayang bapak dan ibu kami. Ayah, mungkin hari ini ia sudah mulai tua. Tulangnya mungkin tidak akan terlalu kuat lagi untuk menggendong padi di sawah, namun ada jenak-jenak di waktu muda dulu dimana ia juga telah mempertaruhkan jiwanya demi menghidupi kami. Membahagiakan kami dan ibu. Rabb, semoga di ujung-ujung usianya kini Engkau berikan Petunjuk dan Hidayah-Mu. Ampunilah dosanya ya Rabb.
"Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma ka ma rabbayani shaghira"

Tidak ada komentar: