08 April, 2009

Perjalanan yang menentukan


Hari Sabtu tanggal 4 April 2009 kemarin ana berangkat ke Talu, kampungnya rangtalu. Keberangkatan kesana ana beranikan diri untuk menggunakan motor. Rada hati-hati juga harusnya karena sampai saat ini ana belum punya SIM, ditambah lagi STNK yang sudah kadaluarsa tanggal 27 Maret 2009. Kalau ketemu pak polantas dan di stop, tentunya ana akan berurusan dulu dengan beliau, paling tidak beberapa menit untuk silaturrahim....
Alhamdulillah sampai ana balik lagi ke Padang, peristiwa itu tidak terjadi. Bersyukur, walau silaturrahim dengan pak polantas tak jadi dilaksanakan.
Ada peristiwa yang cukup menegangkan yang ana alami ketika ke Talu kemarin. Yakni ketika harus berhadapan dengan hujan yang amat deras. Jarak pandang yang ada waktu itu ana perkirakan tak sampai 50 meter saking derasnya hujan. Sebelum berhadapan dengan hujan, ana sudah siasati agar tak sampai kehujanan dijalan yaitu dengan lari dari hujan yang sebelumnya berada di belakang. Kalaupun ada hujan tidaklah begitu hebat derasnya.Namun, saat di Pariaman hujannya berada di depan dan butiran-butiran air tersebut besar-besar dan rapat. He.. he... mau tak mau harus berhadapan juga akhirnya.
Kejadian yang menegangkan tatkala hujan itu adalah jarak pandang yang terlalu dekat. Helm yang ana gunakan juga sudah tak mampu lagi bekerja dengan baik lantaran kondisinya yang sudah agak rusak. Ketika itulah ana memaksakan diri untuk terus menempuh hujan yang sangat lebat tersebut. Jika berhenti, dalam perhitungan ana maka tiba di Padang nantinya akan sangat malam. Ditengah perjalanan dalam kepungan hujan yang lebat tadi, ana tak tahu lagi jalan yang ditempuh. Yah, saat-saat menegangkan itu ana hanya mengikuti naluri. Keputusan yang ana ambil adalah tepat dan jalan yang sedang ana lalui adalah benar. Jalan ke Padang. Ana perkirakan saat itu jalan yang ana tempuh mengarah ke by pass. Petunjuk yang ana gunakan adalah jalan tersebut di lalui oleh beberapa bus AKDP dan AKAP. Motor ana pacu dalam kecepatan 60 sampai 70 KM/H. Pertahanan ana hampir goyah apakah jalan yang sedang ditempuh benar atau tidak tatkala jalan yang dilalui banyak lubang dan tambalan-tambalan jalan. Dalam bayangan ana, jalan ke Padang rasanya tidak separah itu. Tapi, dengan mengikuti naluri saja tetap ana pacu motor... walaupun kemana sampainya nanti... Terkadang dalam menempuh jalan yang berlubang-lubang, ana terkadang tak hiraukan ada bus atau motor lain di depan atau dibelakang. Beberapa kali ana gumamkan dalam hati, jikalau ana wafat dalam perjalanan ini maka insya Allah mudah-mudahan Allah ampuni dosa dan kesalahan selama ini. Yah, hanya itu yang bisa ana do'a kan lantaran begitu menentukannya perjalanan ini. Seakan maut itu senantiasa mengintai. Tapi dalam hati ana menyampaikan bahwa maut memang senantiasa mengintai dimanapun kita berada. Tidak hanya saat berada diperjalanan ini saja.
Ketika sudah hampir tiba di Padang, ternyata hujan juga masih begitu lebat. Disaat itu hari sudah malam dan cara yang ana gunakan agar tidak beresiko lebih besar adalah dengan mengikuti mobil. Berada di belakangnya dan konsentrasi dengan kecepatan mobil tersebut.
Alhamdulillah, pada akhirnya perjuangan itu menghantarkan ana kembali ke Padang dengan selamat. Memang benar, bismillaahi tawakkaltu 'alallaah laa haula walaa quwwata illa billaah... semuanya berjalan dengan lancar karena Mu jua wahai Rabb..

Tidak ada komentar: