01 November, 2008

Masa depan sukses ?

Sudah beberapa bulan ini ana senantiasa diajak bergabung oleh rekan-rekan untuk masuk salah satu bisnis MLM. Awalnya sebenarnya ana tertarik untuk bergabung. Saat itu ana berpikir minimal untuk konsumsi produk yang ditawarkan. Dalam fikiran ana, tentulah nanti akan bisa menikmati produk yang ditawarkan tersebut sambil berusaha juga mengajak rekan yang lain untuk bergabung.
Beberapa Minggu berlalu, lantaran ketiadaan dana awal untuk bergabung maka ana mengundurkan waktu pendaftaran menjadi anggota bisnis tersebut. Prinsip-prinsip hidup yang disampaikan oleh rekan-rekan yang bergabung membuat ana terkagum-kagum lantaran tertata dengan rapihnya. Seakan-akan proses tarbiyah yang selama ini ana jalani. Tertata dengan disiplin tinggi.
Hari berlanjut, minggu bertukar dan bulan pun berganti. Ana belum juga mengisi formulir yang diajukan. Sampai pada akhirnya beberapa orang rekan ana disekeliling mulai bergabung dengan teratur. Ana juga senantiasa diajak untuk ikut serta. Namun, pada akhirnya dengan melihat dan mempertimbangkan banyak hal, ana memutuskan tidak jadi bergabung dengan mereka. Keputusan ini ana ambil walaupun banyak tudingan miring yang ana dapatkan dari rekan-rekan. Seakan-akan mereka menyampaikan bahwa jika tidak bergabung dengan bisnis tersebut maka tidak akan sukses dalam hidup ini. Atau bisa dikatakan kalaupun sukses maka akan lama sekali mendapatkan kesuksesan tersebut. Kata-kata tersebut ana rekam dalam ingatan sebagai cambuk bagi ana untuk membalikkan persepsi mereka tentang apa yang mereka pahami.
Sebenarnya hal yang menjadikan ana kurang menyukai bisnis yang ditawarkan adalah lebih kepada sisi-sisi yang senantiasa ditonjolkan dan juga sisi-sisi yang digunakan dalam membangun bisnis tersebut.
Tentang sisi yang ditonjolkan, ana melihat bahwa sisi yang ditonjolkan lebih banyak kepada muatan duniawi yang sukses dengan harta benda yang berlimpah. Waktu kosong yang banyak dan mudahnya mendapatkannya. Saat itu kesuksesan bisnis dipresentasikan, ana menjadi teringat nostalgia tatkala Rasulullah menyampaikan bahwa yang paling beliau takutkan terhadap ummatnya adalah ketika pintu-pintu nikmat dimudahkan oleh Allah untuk mereka. Yang terjadi adalah ummat ini menjadi takut mati lantaran takut meninggalkan kenikmatan yang selama ini direguknya. Ana khawatir dengan melimpahnya harta maka akan menurunkan ghiroh keislaman dan keimanan yang tertancap dalam jiwa ini. Betapa banyaknya pemuda muslim yang ketika mereka sukses dalam mengumpulkan harta, pada akhirnya mereka lupa dimana kancah mereka ditempa. Pendapat ana ini mungkin saja keliru dan tidak masuk akal. Namun sebagai pengingat kita tentang hal ini, adalah tatkala Umar bin Khattab datang ke rumah Rasulullah SAW. Saat itu beliau mendapatkan Rasulullah SAW tidur diatas pelepah kurma sehingga tatkala beliau bangkit dari tidurnya. Umar bin Khattab menangis terisak menyaksikan Rasulullah demikian.Beliau tidak sanggup melihat utusan Rabbul Izzati dengan kondisi seperti itu sementara Raja Persi dan Kisra tidur diatas kasur empuk di istananya yang megah. Dan pengingat satu lagi adalah bahwa Rasulullah hanya makan dengan roti kasar dalam keseharian hidupnya...
Berbicara tentang sisi yang digunakan dalam bisnis, Ana menilainya dengan pandangan yang agak berbeda. Ketika rekan-rekan ana memanfaatkan jalur komunikasi dengan pendekatan personal. Seakan-akan jalur yang selama ini (liqo'at) dialih fungsikan ke jalur bisnis. Mungkin ini terlalu berlebihan. Tapi ini hanyalah sebuah kekhawatiran akan penyimpangan yang dilakukan oleh segolongan orang. Patut dicatat bahwa didalam bukunya "bagaimana menyentuh hati", ustadz Abbas Asy Syisyi menekankan bahwa seorang akh itu harusnya melihat setiap orang yang bertemu dengannya sebagai objek dakwah baru. Namun bagaimana halnya jikalau itu menjadi objek bisnis baru ? Tentulah akan terjadi penyimpangan yang cukup signifikan.
Boleh jadi sebagian rekan-rekan ana yang ikhlas dan sudah malang melintang di dunia dakwah akan menyadari potensi kerusakan tadi dan mereka berusaha dengan sekuat tenaga menghindarkan tarikan duniawi dengan bisnis tersebut. Namun bagaimana dengan madh'u-madh'u kita yang baru berinteraksi dan bergabung dalam dakwah ini ? akan kah mereka memahami jalan ini sebagaimana kita memahaminya ? Walalahu a'lam.

Tidak ada komentar: